Umurku saat itu masih 6 tahun.aku suka sekali makan jajanan hidangan pinggir jalan.Ya , itu gorengan dari pisang sampai tahu isi dan aku suka sekali menyantap ote - ote, mendengar jajanan ote - ote membuatku teringat ketika bermain sepakbola di depan rumah dahulu. anak - anak kampung sering menyebut out(e) - out(e) (bahasa inggris yang diimbuhi aksara jawa) saat bola berlari keluar jalur .Pada kali itu aku membeli gorengan kesukaanku di waktu malam hari, aku hanya membeli satu gorengan untuk diriku sendiri namun ibu penjual itupun memberiku kembalian uang senilai 500 rupiah.Aku sadar bahwa aku hanya membeli satu pisang goreng saja yang seharga 400 rupiah sehingga seharusnya kembalian yang aku terima hanya 100 rupiah .Aku berkata kepada ibu penjual bahwa beliau telah keliru memberikanku uang kembalian, lantas ibu itu pun seperti kaget dan memuji diriku " wah anak ini jujur " dengan bangga dihadapan banyak pembeli lainnya.Aku merasa biasa saja,karena itu lah yang seharusnya.
Talk honest - pixabay.com |
Umurku saat itu masih 9 tahun.karena masih bocah SD, di setiap perayaan agustus Aku tak pernah absen ikut lomba. Suatu hari aku ikut lomba makan kerupuk yang diadakan dimalam hari, aku dan kawan - kawan saat itu berlomba menghabiskan satu kerupuk yang diikat seutas tali . siap !! mulai !.. remaja karang taruna sebagai panitia lomba memberi aba - aba, aku pun berlari menerjang kerupukku yang sangat susah kugapai.Mulutku terus menganga seperti ikan yang hendak tampil ke permukaan , sedikit demi sedikit kudapat rempahan kerupuk itu " yes ! mungkin aku bisa memenangkan pertandingan ini".Tak selang beberapa menit keriuhan semakin menjadi, aku menengok kawan sebelah yang kerupuk nya hanya tertinggal 5 cm lagi.saat itu aku pikir bahwa aku tidak boleh kalah,namun panitia yang semuanya remaja itu justru menjadikanku bahan tertawaan mereka.Kerupuk yang susah payah aku gigit demi sedikit itu mereka ambil dan menahannya agar aku mampu memakannya lebih cepat, namun aku pun justru tak mau memakan krupuk yang tertahan oleh tangannya.Sembari melepas lagi kerupuk itu mereka pun bersahut " wah iya eh jujur , jujur rek!" .Sekali lagi aku merasa biasa saja , karena itulah seharusnya.
Umurku saat itu masih 14 tahun.Tepatnya duduk di bangku SMP, hari itu hari penentuan bagi kelulusan kami, UNAS hari ujian nasional . Pagi hari para murid berkumpul di depan pintu masuk kelas, namun tak semua ada disitu sebagian besar laki - laki berkumpul di belakang gedung sekolah.tentu saja, mereka mengklaim memiliki kunci jawaban. Teman - temanku satu kelas semua sedang ribut untuk mencatat di kertas sobekan kecil yang mereka buat sendiri ,kalau kuingat lucu juga saat itu. Aku hanya melongo melihat teman akrabku juga ikut menulis di sobekan kecil itu , kemudian ia memberiku sobekan kertas agar aku simpan di lubang sisi dasi seperti yang dia lakukan.Aku terima sobekan kertas itu untuk menghargainya namun ketika ia berpaling aku pun membuangnya diam - diam agar dia tidak marah kepadaku.Bagi ku pribadi untuk apa aku percaya dengan kunci jawaban , aku tak ingin belajar ku selama 3 tahun ini sia - sia hanya karena aku percaya dengan abjad bernomor yang tidak jelas asal usulnya. Selesai ujian berakhir , kawanku tadi bertanya bagaimana kunci jawabannya apakah sesuai dengan prediksi? aku pun hanya mengelak sebab kertas sobekan yang ia berikan aku katakan telah jatuh entah kemana.Sekali lagi aku merasa biasa saja , karena itulah seharusnya.
Umurku saat itu 15 tahun.Tepatnya aku duduk di bangku SMA kelas 1.Aku ingin menjadi yang lebih baik, karena itu aku belajar dan menyimak guru dengan baik.Namun aku tak punya banyak teman walaupun mereka mengenalku, mereka membenci ku karena aku tidak pernah memberikan jawaban ketika mereka minta saat ujian.Aku pikir kejujuran itu penting bagi diri pribadi dan siapapun.Sekali lagi aku merasa biasa saja , karena itulah seharusnya.
Umurku saat itu 17 tahun.Detik - detik menjelang Ujian akhir nasional.Semua siswa kelas XII sedang tertuju untuk persiapan ujian tersebut, namun ada yang aneh ketika semua murid bersepakat untuk meminta bantuan calo, yakni orang yang mampu memberikan kunci jawaban sebelum ujian tiba.Semua murid diharuskan membayar 50 ribu untuk memuluskan rencana presitius itu walaupun guru - guru di sekolah tahu tentang hal itu tetapi justru mendiamkannya saja.Aku pribadi tak pernah setuju dengan hal bodoh itu menurutku untuk apa aku belajar sampai saat ini selama 3 tahun yang pada akhirnya memilih calo, aku pun tak ikut urunan 50 ribu tersebut dan aku lagi - lagi dibenci seluruh sekolah.sebulan sebelum unas mereka mengadakan simulasi untuk satu kelas dan terpaksa aku ikut untuk memuluskan rencana satu kelas. simulasi itu diwajibkan kekompakan satu kelas dengan penggunaan isyarat / kode yang menunjukkan kode jawaban.sebulan sebelum ujian , simulasi dilakukan setiap hari setelah sekolah berakhir dan saat itu tiba - tiba badanku kejang - kejang dan membuatku tak bisa melanjutkan kegiatan kemudian di keesokan harinya dokter mengatakan aku terkena gejala typus.Aku tidak masuk sekolah sampai 2 minggu lamanya.Saat hari ujian tiba, dipagi hari kami sebelum ke sekolah berkumpul ke rumah teman yang ditunjuk sebagai koordinator kunci jawaban.Lewat HP mereka kunci jawaban bersileweran dan mereka menyuruhku untuk menuliskannya di kertas kecil, ini melawan nurani ku sendiri. saat ujian telah selesai dan tiba saat pengumuman 1 bulan setelahnya nilai mata pelajaran kimia yang aku dapatkan paling rendah satu sekolah dengan skore 50 dan itu pun dibawah standar nilai. Aku hanya tersenyum dan tidak lagi peduli untuk apa nilai-nilai itu.Sejak saat itu aku mulai berpikir apatis dan malas untuk belajar, mungkin juga banyaknya pikiran yang aku rasakan saat itu di waktu yang sama kakakku terkena permasalahan jiwa sehingga aku harus bolak - balik ke rumah sakit untuk menjenguk.Disaat itulah aku harus mendaftar ujian ke universitas dan beberapa kedinasan , namun sayang kesemua ujian itu gagal. Aku sendiri paham kalau aku pasti gagal saat itu karena pikiranku tidak bisa sefokus dulu dan aku mengandalkan nasib saja.itu salah.bagiku tahun itu tahun terberat dalam hidup.
bersambung..
Post A Comment:
0 comments: